Kamis, 23 November 2017

Fraud Tree

Fraud Tree




Berdasarkan bagan fraud tree diatas, fraud dapat di klasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu: Corruption, Asset Misappropriation, dan Financial Statement Fraud. dari 3 kelompok besar tersebut akan dibagi lagi menjadi beberapa bagian.

Corruption
Korupsi disini merupakan penyalahgunaan wewenang. Maka dari itu pelaku korupsi ini biasanya merupakan orang-orang yang memiliki kedudukan dalam suatu instansi maupun organisasi. Contohnya bisa kita lihat sendiri pada banyak kasus yang terjadi di Indonesia. Biasanya koruptor tersebut merupakan pejabat negara atau instansi yang memiliki kewenangan tertentu. Terjadinya korupsi bisa terjadi karena beberapa hal, antara lain:
1.   Konflik Kepentingan. Hal ini sering kita jumpai dalam berbagai bentuk, di antaranya bisnis pelat merah atau bisnis pejabat dan keluarga beserta kroni mereka yang menjadi pemasok atau rekanan di lembaga-lembaga pemerintah dan di dunia bisnis sekalipun.
2.   Penyuapan. Praktek-praktek penyuapan sesungguhnya banyak terjadi dalam dunia bisnis di sekitar kita. Penyuapan biasanya dilakukan agar dapat menghindari prosedur atau birokrasi yang terkesan berbelit-belit. Penyuapan ada berbagai macam bentuknya. Kickback meruapkan salah satu bentuk penyuapan dimana penjual menyerahkan sebagian dari hasil penjualannya. Prosentase yang diserahkan itu bisa diatur dimuka atau diserahkan sepenuhnya kepada penjual. Dalam hal terakhir, apabila penerima kickback mengganggap kickback yang diterimanya terlalu kecil maka dia akan mengalihkan bisnisnya ke rekanann yang mampu memberi kickback yang lebih tinggi.
3.  Illegal Gratuities adalah pemberian arau hadiah yang merupakan dalam bentuk terselubung atau sering disebut juga sebagai gratifikasi.

Asset Misappropriation
Merupakan pengambilan asset secara illegal atau sering juga disebur sebagai penggelapan. Asset missappropriation biasanya dilakukan dengan 3 cara antara lain :
1.    Skimming: dalam skimming uang dijarah sebelum uang tersebut secara fisik masuk ke perusahaan. Cara ini terlihat dalam fraud yang sangat dikenal oleh auditor, yaitu lapping.
2.   Larceny. Berbeda dengan skimming, maka larceny yaitu menjarah uang ketika sudah masuk dalam perusahaan. Dalam fraud tree larceny ada 5 yaitu billing schemes, Payroll Schemes, Expense Reimbursement Schemes, Check Tampering dan Register Disbursement.
-   Billing Schemes: adalah skema dengan menggunakan proses billing atau pembebanan tagihan sebagai sarananya. Pelaku dapat mendirikan perusahaan bayangan yang seolah-olah merupakan pemasok atau rekanan atau kontraktor sungguhan. Perusahaan bayangan ini merupakan sarana untuk mengalirkan dana secara tidak sah ke luar perusahaan.
-    Payroll Schemes: adalah sekema melalui pembayaran gaji. Bentuk permainannya antara lain dengan pegawai atau karyawan fiktif. Atau dalam pemalsuan jumlah gaji. Jumlah gaji yang dilaporkan lebih besar dari gaji yang dibayarkan.
-  Expense Reimbursement Schemes. Sekam melalui pembayaran kembali-biaya-biaya, misalnya biaya perjalanan. Contoh seorang salesman mengambil uang muka perjalanan dan sekembalinya dari perjalanan dia membuat perhitungan biaya perjalanan. Kalau biaya perjalanan melampaui melampaui uang mukanaya, ia akan meminta penggantian. Ada beberapa cara skema melalui reimbursement ini. rincian biaya menyamarkan jenis pengeluaran yang sebenarnya atau biayanya dilaporkan lebih besar dari pengeluaran sebenarnya.
-     Check Tampering: pemalsuan cek.
-    Register Disbursement adalah pengeluaran yang sudah masuk dalam Cash Register. Skema ini melalui register disbursement pada dasarnya ada dua yaitu pengembalian uang yang dibuat-buat dan pembatalan palsu.

Financial Statements Fraud (Kecurangan Laporan Keuangan)
   Financial Statements Fraud adalah kecurangan laporan keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang dilakukan oleh manajemen dalam bentuk penyajian laporan keuangan yang merugikan investor dan kreditor.
A.     Asset/revenue overstatements
Menyajikan asset atau pendapatan pada laporan keuangan lebih tinggi dari yang sebenarnya.
a.      Timing Differences
Bentuk kecurangan laporan keuangan dengan mencatat waktu transaksi lebih awal dengan waktu transaksi yang sebenarnya, misalnya mencatat transaksi penjualan lebih awal dari transaksi sebenarnya.
b.      Fictitious Revenues
Mencatat penjualan barang atau jasa yang sebenarnya tidak terjadi.
c.       Concealed Liabilities and Expenses
Memanipulasi dengan tidak mencatat hutang atau biaya yang sebenarnya, tidak mencatat biaya yang dibiayai dari sumber pendapatan yang lain.
d.      Improper Asset Valuations
Bentuk kecurangan laporan keuangan dengan melakukan penilaian yang tidak wajar atau tidak sesuai prinsip akuntansi berlaku umum atas aset perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan dan menurunkan biaya.
e.       Improper Disclosures
Bentuk kecurangan perusahaan yang tidak melakukan pengungkapan atas laporan keuangan secara cukup dengan maksud untuk menyembunyikan kecurangan-kecurangan yang terjadi di perusahaan, sehingga pembaca laporan keuangan tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya terjadi di perusahaan.
B.     Asset/revenue understatements
Menyajikan asset atau pendapatan pada laporan keuangan lebih rendah dari yang sebenarnya.
a.      Timing Differences
Bentuk kecurangan laporan keuangan dengan mencatat waktu transaksi lebih lama dengan waktu transaksi yang sebenarnya, misalnya mencatat transaksi penjualan lebih lama dari transaksi sebenarnya
b.      Understated Revenue
Tidak mencatat penjualan barang atau jasa yang sebenarnya terjadi atau dengan kata lain mencatat pendapatan lebih rendah.
c.       Overstated Liabilities and Expenses
Memanipulasi dengan mencatat hutang atau biaya yang lebih tinggi.
d.      Improper Asset valuations
Bentuk kecurangan laporan keuangan dengan melakukan penilaian yang tidak wajar atau tidak sesuai prinsip akuntansi berlaku umum atas aset perusahaan dengan tujuan untuk menurunkan pendapatan dan menaikan biaya.



sumber: 
http://grahfitarahma.blogspot.co.id/2016/11/teori-tentang-fraud-fraud-tree-coso.html

Kamis, 16 November 2017

Evolusi Fraud Theory

Evolusi Fraud Theory

Fraud (penipuan/kecurangan) merupakan kejahatan memanipulasi informasi dengan tujuan mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya. Black’s Law Dictionary Fraud menguraikan pengertian fraud mencakup segala macam yang dapat dipikirkan manusia, dan yang diupayakan oleh seseorang, untuk mendapatkan keuntungan dari orang lain dengan saran yang salah atau pemaksaan kebenaran, dan mencakup semua cara yang tidak terduga, penuh siasat. Licik, tersembunyi, dan setiap cara yang tidak jujur yang menyebabkan orang lain tertipu. Secara singkat dapat dikatakan bahwa fraud adalah perbuatan curang (cheating) yang berkaitan dengan sejumlah uang atau properti.

1.     Fraud Triangle Theory

Fraud triangle merupakan sebuah teori yang dikemukakan oleh Donald R. Cressey setelah melakukan penelitian untuk tesis doktor-nya pada tahun 1950. Teori ini menjelaskan bahwa seseorang melakukan fraud dikarenakan oleh keadaan ketika seseorang memiliki maslah keuangan yang tidak bisa diselesaikan bersama, tahu dan yakin bahwa masalah tersebut dapat diselesaikan secara diam diam dengan jabatan/pekerjaan yang dimiliki dan mengubah pola pikir dari konsep mereka sebagai orang yang dipercayai memegang aset menjadi konsep bahwa mereka sebagai pengguna dari aset yang dipercayakan. Pelaku fraud tersebut mengetahui perbuatan yang mereka lakukan adalah ilegal tetapi menganggap hal tersebut wajar.





·         Pressure
Orang melakukan fraud karena adanya tekanan. Tekanan merupakan dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan fraud. Tekanan terbagi menjadi tekanan finansial, tekanan akan kebiasaan buruk, dan tekanan yang berhubungan dengan pekerjaan. Pada umumnya, orang yang melakukan kecurangan karena adanya tekanan finansial. Hai tersebut muncul karena adanya keserakahan, standar hidup yang terlalu tinggi, banyaknya tagihan dan utang, kebutuhan hidup yang tak terduga. Tekanan yang kedua adalah tekanan akan kebiasaan buruk yaitu dorongan untuk melakukan kebiasaan buruk, seperti melakukan judi, alkohol, obat-obatan terlarang. Dan tekanan yang terakhir yaitu tekanan yang berhubungan dengan pekerjaan. Hal ini bisa terjadi karena ketidakadilan dalam perusahaan, kurangnya perhatian dalam oleh manajer.
·         Opportunity
Fraud terjadi karena seseorang memiliki kesempatan untuk melakukannya. Situasi dan kondisi tersebut memungkinkan seseorang untuk melakukan kegiatan yang memungkinkan fraud terjadi. Biasanya disebabkan karena internal control suatu organisasi yang lemah, kurangnya pengawasan, dan/atau penyalahgunaan wewenang. Menurut SAS No. 99 menyebutkan bahwa peluang/kesempatan pada financial statement fraud dapat terjadi pada tiga kategori kondisi tersebut adalah :
a. nature of industry
b. ineffective monitoring
c. organizational structure
·         Rationalization
rasionalisasi merupakan sebagai tindakan mencari alasan pembenaran oleh orang-orang yang merasa dirinya terjebak dalam suatu keadaan yang buruk. Pelaku akan mencarialasan untuk membenarkan kejahatan untuk dirinya agar tindakan yang sudahdilakukannya dapat diterima oleh masyarakat. Cara berasionalisasi yang sering terjadi adalah memindahkan kebenaran dasar sejajar dengan prestasi yang tidak tepat, namun sebaliknya rasionalisasi ini hanya akan menghasilkan penghargaan diri yang palsu.


2.     Fraud Diamond Theory




Teori diamond merupakan pengembangan oleh Wolfe dan Hermanson dari Teori triangle yang sudah dijelaskan diatas, ada penambahan 1 faktor yang mendorong terjadinya fraud yaitu Capability (adanya kemampuan) untuk melakukan fraud. Disini maksudnya bahwa selain ada PressureOpportunity dan Rationalization, ada Capability seseorang untuk dapat terus menerus melakukan fraud, contohnya tingginya jabatan adalah salah satu Capability seseorang untuk dapat melakukan fraud misalnya Manajemen melakukan korupsi terus menerus karena merasa merasa punya Capability untuk melakukan korupsi tersebut secara terus menerus.
Pada elemen individual capability terdapat beberapa komponen kemampuan (capability) untuk menciptakan fraud yaitu:
-          Posisi/ fungsi seseorang dalam perusahaan
-          Kecerdasan
-          Tingkat kepercayaan diri/ ego
-          Kemampuan pemaksaan
-          Kebohongan yang efektif
-          Kekebalan terhadap stress


3.     Fraud Pentagon Theory

  




Teori Pentagon merupakan teori yang dikemukakan oleh Crowe H. pada tahun 2011. Teori ini muncul karena teori pendahulunya yang dikemukakan oleh Donald R. Cressey mengenai teori triangle mengalami perluasan karena kondisi sekarang yang sudah berbeda. Dalam teori ini, Crowe menambahkan dua hal yang mendorong seseorang melakukan fraud, yaitu Competence (Kemampuan) dan Arrogance (Sifat arogan).
Kompetensi memiliki makna yang sama dengan elemen teori diamond yaitu kemampuan / kapabilitas (capability) yang dikemukakan oleh Wolfe dan Hermanson.
Arogansi adalah sikap yang menunjukkan bahwa kontrol internal, kebijakan dan peraturan dari perusahaan tidak berlaku untuk dirinya dan merasa dirinya bebas dari kebijakan, peraturan dan kontrol internal perusahaan sehingga merasa tidak bersalah atas fraud-fraud yang dilakukannya.
Menurut Crowe, solusi untuk fraud yaitu dengan meningkatkan kontrol internal agar karyawan/manajer tidak bisa melakukan fraud dengan mudah.

4.     GONE Theory
Teori GONE dikemukakan oleh seorang pemikir bernama Jack Bologne di mana terdapat empat faktor penyebab fraud. “GONE” merupakan singkatan dari huruf depan masing-masing faktor yang ia kemukakan, yakni Greed, Opportunity, Need, dan Exposure.




·       Greed (ketamakan/keserakahan) adalah keinginan untuk selalu memperoleh sebanyak-banyaknya (KBBI Daring, 2008). Ketamakan sangat berhubungan dengan moral seorang individu.
·        Opportunity (kesempatan/peluang) merupakan suatu keadaan yang bisa datang kapan saja. Selain itu, peluang sangat bergantung pada tingkat kedudukan jabatan seseorang. Semakin tinggi jabatan seseorang, semakin besar peluangnya melakukan kecurangan.
·     Need (kebutuhan) dapat menjadi faktor penyebab tindak kecurangan saat kebutuhan seseorang (dapat dikatakan) sangat mendesak. Tuntutan akan pemenuhan kebutuhan inilah yang kemudian menjadikan seseorang untuk mengambil jalan pintas dengan bertindak curang.
·  Exposure (pengungkapan) berkaitan dengan hukuman pelaku fraud. Dengan terungkapnya suatu kecurangan dalam perusahaan tidak menutup kemungkinan terulangnya hal yang sama apabila hukuman atau saksi yang diberikan lemah dan tidak menimbulkan sifat jera.
Greed dan Need sering disebut sebagai faktor individu, sedangkan opportunity dan exposure disebut sebagai faktor generik atau umum.

5.     MICE Theory




“MICE” yang merupakan singkatan dari Money, Ideology, Coercion, dan Ego. Ideologis memberikan motivasi bahwa  bentuk penipuan yang mereka lakukan adalah sesuatu hal yang benar untuk mencapai kebaikan dan konsisten dengan keyakinan mereka ( ideologi ). Pemaksaan terjadi ketika adanya individu yang tidak ingin ikut melakukan penipuan, dan kemudian menjadi whistleblower. Ego juga menjadi motif penipuan, di mana saat seseorang tidak ingin kehilangan reputasi didepan masyarakat ataupun keluarga mereka. Tekanan sosial ini bisa menjadi motifuntuk melakukan tindakan penipuan hanya untuk menjaga ego mereka.


6.     Fraud Scale Theory



Menurut teori Fraud Scale ini, penyebab terjadinya fraud sama dengan teori fraud triangle. Dan teori scale ini merupakan teori lanjutan dari teori Fraud Triangle yang merupakan pengukuran dari teori tersebut. Dalam scale dijelaskan bahwa kemungkinan tindakan penipuan dapat dinilai dengan mengevaluasi kekuatan tekanan, kesempatan dan integritas pribadi. Apabila seseorang memiliki tekanan yang tinggi, kesempatan besar dan integritas pribadi yang rendah, maka dapat memungkinkan terjadinya fraud yang tinggi, begitu pula sebaliknya. Tekanan disini terjadi karena masalah keungan dan atau bisa karena masalah di lingkungannya. Adanya kesempatan untuk melakukan tindak kecurangan disebabkan karena lemahnya pengendalian maupun pengawasan organisasi. Sedangkan, integritas pribadi yang rendah disebabkan oleh kebiasaan individu yang buruk. Fraud Scalemempunyai tujuan untuk mengukur terjadnya pelanggaran etika, kepercayaan dan tanggung jawab. Kecurangan atau fraud ini biasanya mengarah pada penipuan laporan keuangan.